AYAH dan ZAINAB
> (Cerpen imajinasi karangan Sato Sakaki sekedar
> intermezzo dari perdebatan keras di milis ini ..
> hehehe.)
>
> Kita sebut saja lelaki berumur 55 tahun itu ayah,
> sebab apalah artinya nama. Yang lebih penting: ayah
> macho, tampan, keturunan Arab, dan sejak mudanya sudah
> banyak perempuan yang dia cicipi, baik yang umur 40-an
> tahun maupun yang baru aqil-baliq, dikawini atau tidak
> dikawini.
>
> Peristiwa itu terjadi ketika dia berkunjung ke rumah
> anak angkatnya untuk suatu keperluan. Dia sengaja
> lewat pintu belakang, karena dia berharap ketiban
> rejeki lagi seperti beberapa pekan yang lalu,
> berhasil melihat tubuh telanjang menantunya yang
> cantik lagi mandi. Si menantu menjerit kecil sambil
> menggapai handuk, tetapi wanita usia 24 tahun yang
> belum punya anak itu tahu adalah kecerobohannya
> sendiri telah tidak menutup pintu kamar mandi.
>
> Tetapi hari ini dia tidak melihat Zainab menantunya
> itu di kamar mandi ataupun di dapur. Dia panggil
> namanya tetapi tidak ada sahutan. Diapun masuk ke
> ruang tengah dan melongok ke kamar, sepi, anak
> angkatnya Zainal juga tak ada dan itu dia sudah tahu.
> Lalu dia melangkah ke ruang tamu ... dan darahnya
> tersirap. Di sana dia melihat pemandangan mendebarkan.
> Zainab terbaring setengah miring di sofa dengan posisi
> yang aduhai. Kimononya terbuka di bagian dada yang
> tampaknya tidak berkutang dan ... sebelah kakinya
> keluar dari belahan kimono memperlihatkan bagian dalam
> pangkal pahanya yang putih mulus dan padat. Ayah
> mereguk liurnya. Tapi tiba-tiba dia panik,
> jangan-jangan .... diapun mendekat lalu berlutut di
> depan sofa memperhatikan helaan nafas dan mendengar
> baik-baik, dan diapun lega, Zainab bernafas dalam
> dengan teratur, dia hanya tertidur lelap. Ditatapnya
> wajah Zainab yang rupawan, hidungnya yang bangir,
> bibirnya yang bak limau seulas, dan dia perhatikan
> tangannya yang berbulu-bulu halus terbalik, dan
> dadanya yang membusung indah dan separuh terbuka.
> Sudah lama ayah mengagumi diam-diam kecantikan
> menantunya ini. Dan walaupun pernah dia pergoki lagi
> mandi telanjang, tidak pernah dia begitu dekat padanya
> seperti sekarang ini.
>
> Zainab tidur nyenyak sekali. Perlahan ayah mendekatkan
> wajahnya ke wajah Zainab sehingga dapat menghirup
> nafasnya, duh harum sekali. Jantung ayah berdebar
> semakin kencang dipacu hasrat berahi yang makin
> bergelora. Didekatkannya mulutnya ke mulut Zainab dan
> dikecupnya bibir mungil yang indah itu dan dikulumnya,
> sementara sebelah tangannya menyelusup ke balik kimono
> di bagian dada yang tidak berkutang. Sambil terus
> melumat bibir, tangannya meremas lembut payudara
> Zainab yang berbentuk bukit tempurung. Mula-mula yang
> kiri kemudian bergeser ke yang kanan.
>
> Zainab terbangun. Dia terperanjat dan hendak memaki
> karena mengira suaminya. Tetapi ketika melihat ayah
> kemarahannya segera pupus. Malah dia jadi
> berdebar-debar dan nafasnya kacau mengetahui apa yang
> telah diperbuat ayah mertuanya, dan darahnya mengalir
> kencang.
>
> Sudah lama Zainab jadi pengagum diam-diam ayah. Kagum
> kalau dia lagi bicara berapi-api di depan mimbar yang
> membuat semua hadirin tertegun terpesona.
> Kagum karena walau tua dia tampak atletis dan kuat
> dengan menyiratkan kejantanan dan keperkasaan seorang
> lelaki sejati, berbeda dengan suaminya yang walau
> masih muda tapi cepat loyo di tempat tidur. Ayah juga
> baik hati, punya banyak sumber penghasilan kiri-kanan
> dan bertanggungjawab. Semua biaya rumahtangganya
> ayahlah yang mencukupi. Dan dia ingat sekitar empat
> minggu yang lalu ketika ayah memergokinya sedang
> mandi. Betapa malunya dia. Mata ayah sempat menjilati
> seluruh tubuhnya, tidak ada lagi bagian yang tidak
> pernah dia lihat. Dan dia masih ingat apa yang
> dikatakan ayah setelah dia berpakaian dan menemuinya
> di ruang tamu dengan wajah bersemu merah. "Bukan main
> Nab, bukan main." Dan dia tahu benar apa yang
> terpancar dari mata laki-laki itu. Hasrat keinginan
> hendak memiliki.
>
> Dan kini dia berada dalam rangkulan ayah yang jongkok
> di depan sofa. "Ayah jangan, ini tidak boleh.."
> bisiknya seperti hendak menangis. "Aku sudah lama
> menginginkanmu Nab ..", kata ayah tersengal dan
> kembali melumat mulut Zainab. Dia bahkan memasukkan
> lidahnya ke mulut Zainab dan melilit lidah Zainab.
> Tangannya kembali meremas-remas kesana-kemari. Zainab
> gelagapan. Ketika ciuman dan kecupan ayah pindah ke
> wajah kemudian ke pangkal telinga dan ke lehernya,
> Zainab kembali tersengal, "Ayah sudah .... nanti
> kelihatan orang." Tapi ayah tidak peduli. Kenyataan
> Zainab tidak menjerit dan tidak banyak menolak, dan
> mendengar degup dadanya yang memburu kencang, membuat
> hatinya bersorak karena tahu tak lama lagi dia akan
> mendapatkan Zainab. Kecupan ayah pindah dari leher ke
> dada, sementara tangannya mulai menjamah mengusap paha
> Zainab yang tersingkap. Dibenamkannaya wajahnya di
> celah dada Zainab kemudian digigitnya kedua puting
> perempuan itu, sementara tangannya mengusap dan
> meremas bukit kemaluan Zainab yang masih ditutupi
> celana dalam. "Ayah jangan!" desah Zainab dekat
> telinganya. Tangannya mencoba menyingkirkan tangan
> ayah yang mulai menyelusup kedalam celana dalamnya dan
> menyentuh klitoris Zainab dengan jarinya, yang membuat
> perempuan bertubuh gemulai indah itu menggelinjang dan
> menggigit bahu ayah. Tapi ayah tahu perlawanan itu
> hanya perlawanan malu-malu. Dilumatnya lagi mulut
> Zainab dan dia lilit lagi lidah Zainab dengan lidahnya
> dan dia remas gemas lagi dadanya, lalu bukit
> kemaluannya, dan beberape menit kemudian setelah
> tangannya liar menjamah seluruh tubuh bagian bawahnya,
> celana dalam Zainab-pun berhasil dia loloskan dan
> terlepas dari ujung jari kakinya. "Ayah....hhhhhh",
> Zainab makin tersengal dan ayah cepat-cepat meloloskan
> celana luar dan celana dalamnya sendiri. Dirangkulnya
> perempuan cantik bahenol itu dan dihimpitnya di sofa.
> Dengan kedua lutut dibukanya jepitan paha Zainab dan
> dikangkangkannya kedua kakinya. Zainab juga sudah
> menggigil dilanda nafsu berahinya sendiri, liang
> vaginanya sudah basah menunggu tancapan batang
> kejantanan ayah yang sudah dia perkirakan akan jauh
> lebih perkasa dari milik suaminya. Dia letakkan
> sebelah kakinya di punggung sofa dan satu lagi
> terjuntai ke lantai. Dan ayahpun mengambil posisi
> diantara kedua paha Zainab lalu menuntun penisnya yang
> memang sudah lama ingin mereguk rasa bersarung di
> dalam liang nikmat menantu montok padat itu. Di
> cecahkannya kepala penisnya di mulut lobang vagina
> Zainab dan membasahinya dengan linangan pelumas yang
> sudah tergenang disana. "Zainab.." bisiknya dengan
> nafas sesak dekat telinga Zainab. "Apa yah ..?" sahut
> Zainab juga berbisik dirangsang nafsu. "Ayah boleh
> masuk?" Zainab tidak menjawab, dia malu. "Kamu kan
> tidak terpaksa kan Nab?" bisik ayah lagi. Dan ayah
> menusukkan kepala penisnya. "Kamu juga ingin kan?"
> Zainab diam namun dia merasakan nikmat masuknya kepala
> besar yang kenyal itu. Ayah menikamkan lagi separuh
> batangnya. "Enak kan zakar ayah Nab?" dengusnya.
> Zainab mengeluarkan suara dengusan dan merangkul leher
> ayah. "Sekarang kau kusantap habis", kata ayah dalam
> hatinya, dan seiring dengan itu ditikamkannya seluruh
> batangnya kedasar vagina Zainab. Tidak sampai disitu
> saja dia pun mengocok Zainab dengan dahsyat. Zainab
> seperti terbang ke langit yang ketujuh. Tancapan
> batang kejantanan ayah dalam sekali, menyentuh bagian
> yang belum pernah tersentuh dalam persetubuhan dengan
> suaminya. Dan punya ayah sungguh besar dan panjang.
> Kocokannya juga mantap. Oh nikmatnya. Zainab merangkul
> ayah kuat-kuat dan melumat mulutnya. Mulutnya
> menceracau berulang-ulang seiring dengan kocokan ayah:
> "Duh enaknya yah ... duh enaknya yah .. duh enaknya
> yah..." Kedua pahanya gelisah bergerak-gerak
> menanggapi gerakan panggul ayah yang terus memompa.
>
> Ayah tahu mereka tidak punya waktu banyak. Zainal anak
> angkatnya bisa pulang sewaktu-waktu. Atau mereka bisa
> dipergoki orang lain. Sebab itu dia berusaha keras.
> Dia ingin memuaskan Zainab sepuas-puasnya sebelum
> mereka selesai. Dan usaha itu berhasil. Dia merasa
> tubuh Zainab mengejang dan dinding vaginanya mulai
> mencengkam. Ayah tahu saatnya tiba. Dihunjamkannya
> penisnya untuk terakhir kali sedalam-dalamnya ke dasar
> liang Zainab dan disemburkannya bongkahan sperma
> kentalnya berulang-ulang ke rahimnya. Zainab melolong,
> merangkul makin erat dan melumat mulut ayah
> sementara kedua paha dan kakinya memiting panggul
> ayah. Otot-otot vaginanya meremas zakar besar ayah dan
> membasahi dengan air mazi kewanitaannya. Lalu keduanya
> lemas.
>
> Ayah membiarkan penisnya terendam dalam liang
> kewanitaan Zainab beberapa lama sebelum mencabutnya.
> Dihapusnya peluh di kening dan pelipis perempuan itu
> yang tampak makin cantik di kala letih dan puas. Dan
> dia merasa bahagia sekali. Zainab sudah berhasil dia
> cicipi dan dia juga bertekad untuk memilikinya. Dia
> akan menyuruh Zainab berkeras minta cerai dari Zainal
> dan setelah habis masa idah Zainab dia akan mengawini
> perempuan yang sudah separuh jadi miliknya itu. Dan
> ketika dia mengenakan kembali celananya, dan Zainab
> menyelipkan celana dalamnya yang tadi terlempar di
> selangkangannya, rencananya itu dikatakannya pada
> Zainab. "Tapi bagaimana kalau aku hamil di masa idah
> ayah?" tanya Zainab manja. "Ya jangan diberitahu orang
> bahwa haid-mu tidak datang. Sebab kalau mulai sekarang
> kamu tidak berhubungan lagi dengan Zainal, berarti
> kandunganmu itu pasti buah cinta kita bukan?", kata
> ayah tersenyum. Zainabpun juga tersenyum mengerti. Dia
> juga sangat bahagia, sebab sejak dulu dia sebenarnya
> lebih suka kalau jadi isteri ayah.
>
> Inilah cerita seorang ayah mertua yang mencurangi
> anaknya, walau hanya anak angkat. Dan nama
> anak-angkatnya itu sebenarnya bukan Zainal. Namanya
> ZAID.
>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar